Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 14 Mei 2013

HAKEKAT INDIVIDU SEBAGAI KESATUAN BERBAGAI KARAKTERISTIK






A.  Pengertian Individu Sebagai Satu Kesatuan

Untuk memahami karakteristik individu secara umum, perlu terlebih dahulu dipahami apa yang dimaksud dengan individu itu. Individu merupakan satu kesatuan aspek fisik/jasmani dan psikis / sohani / jiwa yang tidak dapat dipisahkan. Fisik/jasmani merupakan aspek yang bersifat kasat mata, kongkrit dapat diamati dan tidak kekal, sedangkan psikis / rohani / jiwa merupakan aspek yang bersifat abstrak, immaterial, tidak dapat diamati dan kekal.
Abu Ahmad mengatakan bahwa kata “individu” berasal dari kata latin, “individuum” atinya “yang tidak terbagi”. Jadi, merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Dalam ilmu social paham individu menyangkut tabiat dengan kehidupan dan jiwa yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia. Individu menekankan penyelidikan kepada kenyataan-kenyataan hidup yang istimewa,  dan seberapa memengaruhi kehidupan manusia. ( Abu Ahmad, 1991:23 ). Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tidak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan. Dengan demikian sering digunakan sebagai sebutan “orang seorang” atau “manusia perorangan”.
Individu berarti: tidak dapat dibagi ( undivided ), tidak dapat dipisahkan keberadaannya sebagai makhluk yang pilah, tunggal, dan khas. Seseorang berbeda dengan orang lain karena ciri-cirinya yang khusus itu (Webster’s :743). Menurut kamus Echols & Shadaly, individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang, perorangan, oknum ( Echols, 1975:519 ).
Para filosof klasik itu kemudian mengembangkan perenungannya dan sampai pada kesimpulan bahwa jiwa itu dapar dibagi menjadi beberapa bagian. Plato (427-347 SM), misalnya, sebagai filosof yang amat tersohor membagi jiwa menjadi tiga aspek kekuatan (trikhotomi), yaitu :
1. Pikir atau kognisi berlokasi di kepala
2. Kehendak berlokasi di dada
3. Keinginan berlokasi di perut.
Pembagian jiwa oleh Plato ke dalam tiga aspek ini kemudian dikenal dengan istilah pendekatan “trikhotomi” (tiga dalam satu). Pandangan Plato dengan konsep trikhotominya itu kemudian diikuti oleh para filosof terkenal lainnya, di antaranya adalah Jean Jaques Rousseau (Parancis, 1712-1778), J.N Tetens (Jerman, 1736-1805), dan Immanuel Kant (Jerman, 1724-1804).
Karena menariknya perenungan tentang jiwa manusia itu, maka pengkajian terus menerus dilakukan. Pada perkembangan berikutnya, seorang filosof terkenal yang merupakan salah seorang murid Plato yaitu Aristoteles, (284-322 SM) mengemukakan hasil perenungannya tentang pembagian jiwa yang agak berkainan dengan gurunya. Menurut Aristoteles, gejala jiwa tidak dibagi ke dalam tiga aspek melainkan menjadi dua aspek (dikhotomi), yaitu:
1. Kognisi, disebut juga sebagai gejala mengenal, berpusat pada pikir
2. Konasi, disebut juga gejala menghendaki, berpusat pada kemauan.
Pandangan Aristoteles yang melakukan pembagian gejala jiwa menjadi dua ini kemudian dikenal dengan istilah pendeatan “dhikhotomi” (dua dalam satu). Pengikut dikhotomi yang terkenal ialah Cristian Wolf (Jerman, 1670-1754).
Perlu ditegaskan di sini bahwa pembagian jiwa dengan pendekatan trikhotomi maupun dhikotomi ini merupakan hasil perenungan filosofis sehingga sifatnya teoristis. Dalam kenyataannya, jiwa itu sendiri tidak dapat dipetak-petak atau dibagi-bagi. Oleh karena itu, pada perkembangan berikutnya terutama sejak zaman Abad Pertengahan, para filsuf pada era itu mulai menyadari dan semakin mngembangkan pemikiran dan pengkajian mengenai jiwa manusia ini.
Pandngan para filosuf Abad Pertengahan tentang aspek jasmani dan rokhani dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1.   Antara jasmani dan rohani itu merupakan suatu kesatuan sehingga tidak dapat dibagi/dipisahkan sama sekali. Pandangan ini kemudian dikenal dengan pendekatan “monisme”.
2.   Meskipun disadari bahwa aspek jasmani dan rohani merupakan satu kesatuan, tetapi, antara jasmani dan rohani itu dapat berdiri sendiri. Pandangan ini kemudian dikenal dengan pendekatan “dualisme”.
Pandangan monisme maupun dualisme itu sama-sama sepakat bahwa individu merupakan suatu kesatuan jasmani dan rokhani yang tidak dapat dipisahkan. Sebab, tidak mungkin seseorang berpikir tanpa ada unsur-unsur berpikir. Bahkan ketika pikiran sedang sibuk, roman muka yang bersifat fisik itu tampak berbeda dengan keadaannya pada saat pikiran sedang santai. Keadaan jiwa yang tengah bergembira karena mendapatkan suatu keberuntungan akan tercermin pada gerak langkah dan ekspresi seseorang. Sebaliknya, seseorang yang sedang kesusahna atau mendapatkan suatu ketidak-beruntungan juga akan tampak dalam ekspresi wajahnya.


B.  Gejala – Gejala Sebagai Gambaran Berkembangnya Berbagai Aspek   dalam Diri Individu
Karena manusia itu merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan antara aspek jasmani dan rokhani, maka perkembangan berbagai aspek dalam diri individu itu akan tampak gejala-gejalanya.
Adapun gejala – gejala yang biasanya tampak sebagai gambaran berkembangnya berbagai aspek dalam diri individu adalah sebagai berikut :
1.   Aspek Jasmani atau Fisik
Gejala yang timbul pada aspek fisik  sebagai perwujudan dari adanya perkembangan dalam diri individu antara lain:
a)    Pertumbuhan payudara pada wanita
b)    Lekum/jakun pada remaja pria
c)    Kulit makin halus pada wanita
d)    Otot makin kuat dan kekar pada pria
2.    Aspek Intelek
Gejala yang tampak sebagai perkembangan individu dalam aspek intelek antar lain :
a)    Perubahan secara kuantitatif dan kaulitatif mengenai kemampuan anak dalam mengatasi berbagai masalah. Perubahan secara kuantitatif berarti semakin banyak hal-hal yang dapat diatasi, sedangkan perubahan kualitatif berarti semakin dapat mengatasi hal-hal yang lebih sulit.
b)    Semakin berkurangnya berpikir konkrit dan semakin berkembangnya berpikir abstrak. Berpikir konkrit ialah berpikir yang terikat pada bendanya dan sangat memerlukan bantuan alat peraga jika benda aslinya tidak ada, sedangkan berpikir abstrak ialah berpikir yang tidak terikat pada bendanya.
c)    Semakin berkembangaanya kemampuan memecahkan masalah-masalah yajng bersifat hipotetik. Artinya, semakin mampu membuat perencanaan, penaksiran, atau bahkan prakiran kecenderungan sesuatu di masa yang akan datang.

3.   Aspek Emosi
Gejala yang tampak sebagai perkembangan pada aspek emosi antara lain:
a)    Ketidakstabilan emosi pada anak remaja.
b)    Mudahnya menunjukan sikap emosional yang meluap-luap pada remaja, seperti: mudah menangis, mudah marah, dan mudah tertawa terbahak-bahak.
c)    Semakin mampu mengendalikan diri.

4.   Aspek Sosial
Gejala yang tampak sebagai perkembangan pada aspek sosial antara lain:
a)    Semakin berkembangan sifat toleran,empati, serta memahami dan menerima pendapatan orang lain.
b)    Semakin santun dalam menyampaikan pendapat maupun kritik kepada orang lain.
c)    Adanya keinginan untuk selalu bergaul dengan orang lain dan bekerja sama dengan orang lain.
d)    Suka menolong kepada siapa yang membutuhkan pertolongan.
e)    Kesedian memberikan sesuatu yang dibutuhkan dari orang lain.
f)      Bersikap hormat, sopan, ramah, dan menghargai.

5.   Aspek Bahasa
Gejala yang tampak sebagai perkembangan pada aspek bahasa antara lain:
a)    Bertambahnya perbendaharaan kata.
b)    Semakin bertambah mahir dan lancar dalam menggunakan bahasa dengan memilih kata-kata secara tepat, penggunaan tekanan kalimat dengan tepat, dan membuat variasi kalimat.
c)    Dapat memformulasikan bahasa secara baik dan benar untuk menjabarkan idea atau konsep.
d)    Dapat memformulasikan bahasa secara baik dan benar untuk meringkas ide ke dalam deskripsi singkat.

6.   Aspek Bakat Khusus
Bakat merupakan kemampuan tertentu atau khusus yang dimiliki oleh seorang individu yang hanya dengan rangsangan atau sedikit latihan, kemampuan itu dapat berkembang dengan baik. Oleh karena itu, jika bakat khusus telah diketahui secara dini, usaha-usaha pendidikan akan dapat dilakukan dengan  mudah sehingga hasil belajar pun menjadi sangat memuaskan. Seseorang dikatakan mempunyai bakat khusus tertentu, jika dapat membuktikan bahwa dirinya mampu dengan mudah mempelajari suatu bidang tertentu dengan hasil yang cepat dan memuaskan. Gejala yang tampak berkaitan dengan perkembangan aspek bakat khusus ini adalah semakin jelasknya denhan perkembangan aspek
Di dalam definisi bakat yang dikemukakan Guilford (Sumadi: 1984), bakat mencakup tiga dimensi, yaitu (i) dimensi perseptual, (ii) dimensi psikomotor, dan (iii) dimensi intelektual. Ketiga dimensi itu menggambarkan bahwa bakat tersebut mencakup kemampuan dalam pengindraan, ketepatan dan kecepatan menangkap makna, kecepatan dan ketepatan bertindak, serta kemampuan berpikir inteligen.

7.   Aspek Nilai, Moral dan Sikap
Gejala yang tampak pada perkembangan nilai, moral, dan sikap ini antara lain:
a)   Terbentuknya pandangan hidup semakin jelas dan tegas.
b)   Berkembangnya pemahaman tentang aoa, yang baik dan apa yang buruk.
c)   Berkembangnya sikap untuk menghargai nilai-nilai dan mentaati norma-norma yang berlaku dalam kehidupannya sehari-hari.
d)   Berkembangnya sikap menentang terhadap kebiasan-kebiasaan yang dianggap tidak sesuai lagi dengan norma yang berlaku.

C.  Kesimpulan

1.   Individu adalah manusia yang berkedudukan sebagai pribadi yang utuh, pilah, tunggal, dan khas. Ia sebagai subjek yang merupakan suatu kesatuan psiko-fisik dengan berbagai kemampuannya untuk berhubungan dengan lingkungan, dengan sesama, dan dengan Tuhan yang menciptakannya.
2.   Manusia harus mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis. Pertumbuhan perkembangan tersebut dialami semenjak manusia masih di dalam kandungan.
3.   Makna pertumbuhan dibedakan dari makna perkembangan, secara singkat disajikan yaitu bahwa istilah pertumbuhan digunakan untuk menyatakan perubahan-perubahan kuantitatif mengenai fisik atau biologis dan istilah perkembangan digunakan untuk perubahan-perubahan kualitatif mengenai aspek psikis atau rohani dan aspek sosial.
4.   Kelahiran merupakan saat suatu fase pertumbuhan fisik secara lengkap, yang ditandai setiap organ atau bagian tubuh telah mampu berfungsi.
5.   Pertumbuhan dan perkembangan manusia dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain keturunan, sosial ekonomi, sosial kulturasi, kesehatan, dan latar belakang kehidupan keluarga.
6.   Pertumbuhan fisik lebih lanjut berlangsung sejak bayi lahir, dan masing-masing organ mencapai tingkat kematangan dan mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Kematangan pertumbuhan fisik yang ditandai oleh berfungsinya masing-masing organ, berpengaruh terhadap perkembangan non-fisik, seperti berpikir, bahasa, sosial, emosi, dan pengenalan terhadap nilai, norma, dan moral.






Daftar Pustaka
#maaf mungkin kelompok ini lupa memasukkan sumbernya

Disusun Oleh:
Andika Rahmad (F151120
Agus Saputra (F15112028)
Ardi Wiranata (F15112025)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news