Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 14 Mei 2013

PERTUMBUHAN FISIK REMAJA DAN PERKEMBANGAN INTELEK



A.   Pendahuluan
Manusia tumbuh dan berkembang melewati berbagai fase seiring dengan bertambahnya usia. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa dan menjadi tua. Dalam semua fase tersebut terjadi perubahan pada tiap individu yang perkembangannya tidak sama.
Seseorang mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan intelektual sejalan dengan bertambahnya usia serta pengalaman. Pertumbuhan fisik terjadi sangat cepat pada usia-usia muda, terutama anak-anak dan remaja. Disini perubahan signifikan terjadi baik itu mempengaruhi fisik maupun intelektualnya.
Pertumbuhan fisik dipengaruhi oleh banyak faktor terutama makanan dan lingkungan. Perkembangan intelek juga dipengaruhi banyak faktor yang berasal dari lingkungan tempat tinggal individu tersebut.
Terjadinya kelainan dalam pertumbuhan fisik tentu juga mempengaruhi perkembangan intelek seseorang. Ketidakpercayaan diri seseorang yang memiliki perbedaan fisik atas orang-orang disekitarnya akan membuat dirinya menjadi tertutup dan sulit mengembangkan kemampuan intelektual yang dimilikinya. Padahal belum tentu seseorang yang memiliki fisik bagus juga memiliki kemampuan intelek yang tinggi. Fisik hanyalah penunjang atas berkembangnya intelektual seseorang. Dengan fisik yang bagus tentu ia dapat mengapresiasikan kemampuan intelektualnya kedalam berbagai cara.
Perkembangan intelektual sendiri akan mempengaruhi tingkah laku individu. Seseorang yang cerdas tentu tidak akan melakukan sebuah tindakan yang membahayakan bagi dirinya ataupun orang lain. Tentu ia dapat berpikir apa yang baik untuk dilakukan dan apa yang tidak, meskipun hal ini tidak berlaku sepenuhnya. Orang-orang cerdas banyak yang menggunakan kecerdasan mereka untuk kepentingan pribadi seperti tidakan korupsi yang merugikan banyak orang. Kecerdasan intelektual akan kehilangan arah apabila tidak dibarengi pendidikan moral baik itu di bangku pendidikan maupun di lingkungan keluarga dan masyarakat.
B.   Pertumbuhan Fisik Remaja
Pertumbuhan fisik seseorang turut menjadi aspek dalam perubahan sikap dan tingkah lakunya. Setiap individu mengalami tingkat pertumbuhan yang berbeda-beda sehingga menyebabkan perkembangan kepribadian yang berbeda-beda pula.
a.      Pengertian Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan fisik remaja merupakan pertumbuhan yang paling pesat. Remaja tidak hanya tumbuh dari segi ukuran (semakin tinggi atau semakin besar), tetapi juga mengalami kemajuan secara fungsional, terutama organ seksual atau “pubertas”. hal ini ditandai dengan datangnya menstruasi pada perempuan dan mimpi basah pada laki-laki.
Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan fisiologis yang bersifat progresif dan kontinyu dan berlangsung dalam periode tertentu. Perubahan ini berkisar hanya pada aspek-aspek fisik individu. Pertumbuhan itu meliputi perubahan yang bersifat internal maupun eksternal. Pertumbuhan internal meliputi perubahan ukuran alat pencernaan makanan, bertambahnya ukuran besar dan berat jantung dan paru-paru, bertambah sempurna sistem kelenjar kelamin, dan berbagai jaringan tubuh. Adapun perubahan eksternal meliputi bertambahnya tinggi badan, bertambahnya lingkar tubuh, perbandingan ukuran panjang dan lebar tubuh, ukuran besarnya organ seks, dan munculnya atau tumbuhnya tanda-tanda kelamin sekunder.
Sebenarnya tanpa ada tambahan kata “fisik” pun itu tidak menjadi persoalan, karena istilah “pertumbuhan” saja, sudah bermakna perubahan pada aspek-aspek fisiologis. Jadi, dapat dikatakan bahwa pertumbuhan fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Perubahan- perubahan ini meliputi: perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, munculnya ciri-ciri kelamin yang utama (primer) dan ciri kelamin kedua (sekunder).
b.      Pengaruh Pertumbuhan Fisik Terhadap Tingkah Laku
Perubahan fisik hampir selalu diiringi dengan perubahan perilaku dan sikap. Keadaan ini seringkali menjadi sedikit parah karena sikap orang-orang yang berbeda di sekelilingnya dan sikapnya sendiri dalam menanggapi perubahan fisik itu. Konsisten dengan konsep dasar bahwa individu merupakan satu kesatuan psikofisik yang tidak dapat dipisah-pisahkan, maka pertumbuhan fisik mempunyai pengaruh terhadap tingkah laku.
Dalam masa remaja, perubahan yang terjadi sangat mencolok dan jelas sehingga dapat mengganggu keseimbangan yang sebelumnya sudah terbentuk. Perilaku mereka mendadak menjadi sulit diduga dan seringkali agak melawan norma sosial yang berlaku. Seberapa jauh perubahan pada masa remaja akan mempengaruhi perilaku sebagaian besar tergantung pada kemampuan dan kemauan anak remaja untuk mengungkapkan keprihatinan dan kecemasannya kepada orang lain sehingga dengan begitu ia dapat memperoleh pandangan baru dan yang lebih baik.
Dunbar dalam Hurlock (1992) menjelaskan, reaksi efektif terhadap perubahan utama ditentukan oleh kemampuan untuk berkomunikasi. Karena berkomunikasi merupakan cara untuk mengatasi kecemasan yang selalu disertai tekanan. Perubahan pada masa remaja sering mempengaruhi sikap dan perilakunya. Hurlock (1992) mengemukakan perubahan yang terjadi, yaitu:
1.      Ingin menyendiri
2.      Bosan
3.      Inkoordinasi
4.      Antagonis Sosial
5.      Emosi yang meninggi
6.      Hilangnya Kepercayaan Diri
7.      Terlalu sederhana

c.       Karakteristik Pertumbuhan Fisik Remaja
1.      Karakteristik Pertumbuhan Fisik
Pesatnya pertumbuhan fisik pada masa remaja seringkali menimbulkan kejutan pada diri remaja. Pakaian yang dimilikinya seringkali menjadi cepat tidak muat dan harus membeli lagi. Terkadang remaja dikejutkan dengan perasaan bahwa tangan dan kakinya terlalu panjang sehingga tidak seimbang dengan besar tubuhnya. Pada remaja putri ada perasaan seolah bahwa tanpa dibayangkan sebelumnya kini buah dadanya membesar. Oleh karena itu, seringkali gerak-gerik remaja menjadi canggung dan tidak bebas.
Pada remaja pria, pertumbuhan lekum menyebabkan suara remaja menjadi parau atau membesar untuk beberapa waktu. Pertumbuhan kelenjar yang mencapai kematangan mulai berproduksi menghasilkan hormon. Akibatnya, remaja mulai merasa tertarik kepada lawan jenisnya. Ketertarikannya yang disebabkan oleh berkembangnya hormon menyebabkan remaja pria mengalami mimpi basah. Pada remaja putri, perkembangan hormon menyebabkan mereka mulai mengalami menstruasi yang seringkali pada pertama kali mengalaminya, menimbulkan kegelisahan.
2.      Perubahan Fisik
Datangnya masa remaja, ditandai oleh adanya perubahan-perubahan fisik. Hurlock (1992) menyatakan bahwa perubahan fisik tersebut, terutama dalam hal perubahan yang menyangkut ukuran tubuh, perubahan proposisi tubuh, perkembangan ciri-ciri seks primer, dan perkembangan ciri-ciri seks sekunder. Pertumbuhan yang terjadi pada fisik remaja dapat terjadi melalui perubahan-perubahan, baik internal maupun eksternal.


2.1. Perubahan Internal
Perubahan yang terjadi dalam organ dalam tubuh remaja dan tidak tampak dari luar. Perubahan ini nantinya sangat mempengaruhi kepribadian remaja. Perubahan tersebut adalah:
a.       Sistem Pencernaan
Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan bertambah besar, otot-otot di perut dan dinding-dinding usus menjadi lebih tebal dan kuat, hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang.
b.      Sistem Peredaran Darah
Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia tujuh belas atau delapan belas, beratnya dua belas kali lebih berat pada waktu lahir. Panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat kematangan bilamana jantung sudah matang.
c.       Sistem Pernapasan
Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang pada usia tujuh belas tahun; anak laki-laki mencapat tingkat kematangan baru beberapa tahun kemudian, satu atau dua tahun setelah usia anak perempuan.
d.      Sistem Endoktrin
Kegiatan kelenjar kelamin yang meningkat pada masa remaja menyebabkan ketidakseimbangan sementara dari seluruh sistem kelamin pada masa awal remaja. Kelenjar-kelenjar seks berkembang pesat dan berfungsi, meskipun belum mencapai ukuran yang matang sampai akhir masa remaja atau awal masa dewasa.
e.       Jaringan Tubuh
f.       Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia delapan belas tahun. Jaringan selain tulang, khususnya bagi perkembangan otot, terus berkembang sampai tulang mencapai ukuran yang matang.
2.2. Perubahan Eksternal
Perubahan dalam tubuh seorang remaja yang mengalami datangnya masa remaja ini terjadi sangat pesat. Perubahan yang terjadi, dapat dilihat pada fisik luar anak. Perubahan tersebut ialah:
a.       Tinggi Badan
Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi matang pada usia antara tujuh belas dan delapan belas tahun, rata-rata anak laki-laki kira-kira setahun setelahnya. Perubahan tinggi badan remaja dipengaruhi asupan makanan yang diberikan, pada anak yang diberikan imunisasi pada masa bayi cenderung lebih tinggi dari pada anak yang tidak mendapatkan imunisasi. Anak yang tidak diberikan imunisasi lebih banyak menderita sakit sehingga pertumbuhannya terhambat.
b.      Berat Badan
Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan tinggi badan, perubahan berat badan terjadi akibat penyebaran lemak pada bagian- bagian tubuh yang hanya mengandung sedikit lemak atau bahkan tidak mengandung lemak. Ketidakseimbangan perubahan tinggi badan dengan berat badan menimbulkan ketidakidealan badan anak, jika perubahan tinggi badan lebih cepat dari berat badan, maka bentuk tubuh anak menjadi jangkung (tinggi kurus), sedangkan jika perubahan berat badan lebih cepat dari perubahan tinggi badan, maka bentuk tubuh anak menjadi gemuk gilik/gembrot (gemuk pendek).
c.       Proporsi Tubuh
Berbagai anggota tubuh lambat laun, mencapai perbandingan tubuh yang baik. Ciri tubuh yang kurang proposional pada masa remaja tidak sama untuk seluruh tubuh, ada pula bagian tubuh yang semakin proposional. Ada tiga jenis bangun tubuh yang menggambarkan keanekaragaman perubahan proposisi tubuh, yaitu endomorfik, mesomorfik dan ektomorfik. Endomorfik banyak lemak sedikit otot (padded). Ektomorfik sedikit lemak sedikit otot (slender). Mesomorfik sedikit lemak banyak otot (muscular).
d.      Organ Seks/Ciri Seks Primer
Baik laki-laki maupun perempuan organ seks mengalami ukuran matang pada akhir masa remaja, tetapi fungsinya belum matang sampai beberapa tahun kemudian (dewasa).
e.       Ciri-ciri Seks Sekunder
Ciri-ciri seks sekunder yang utama, perkembangannya matang pada masa akhir masa remaja. Ciri sekunder tersebut antara lain ditandai dengan tumbunya kumis dan jakun pada laki-laki sedangkan pada wanita ditanda dengan membesarnya payudara.
3.      Kondisi – Kondisi yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik Remaja
Pertumbuhan fisik erat hubungannya dengan kondisi remaja. Kondisi yang baik berdampak baik pada pertumbuhan fisik remaja, demikian pula sebaliknya. Adapun kondisi-kondisi yang mempengaruhi sebagai berikut :
3.1 Pengaruh Keluarga
Pengaruh keluarga meliputi faktor keturunan maupun faktor lingkungan. Karena faktor keturunan seorang anak dapat lebih tinggi atau panjang dari anak lainnya, sehingga ia lebih berat tubuhnya, jika ayah dan ibunya atau kakeknya tinggi dan panjang. Faktor lingkungan akan membantu menentukan tercapai tidaknya perwujudan potensi keturunan yang dibawa dari orang tuanya.
3.2 Pengaruh Gizi
Anak yang mendapatkan gizi cukup biasanya akan lebih tinggi tubuhnya dan sedikit lebih cepat mencapai taraf dewasa dibadingkan dengan mereka yang tidak mendapatkan gizi cukup. Lingkungan juga dapat memberikan pengaruh pada remaja sedemikian rupa sehingga menghambat atau mempercepat potensi untuk pertumbuhan di masa remaja.
3.3 Gangguan Emosional
Anak yang sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan dan ini akan membawa akibat berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan di kelenjar pituitari (otak). Bila terjadi hal demikian pertumbuhan awal remajanya terhambat dan tidak tercapai berat tubuh yang seharusnya.
3.4 Jenis Kelamin
Anak laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dari pada anak perempuan, kecuali pada usia 12 – 15 tahun. Anak perempuan biasanya akan sedikit lebih tinggi dan lebih berat daripada laki-laki-laki. Hal ini terjadi karena bentuk tulang dan otot pada anak laki-laki berbeda dengan perempuan. Anak perempuan lebih cepat kematangannya dari pada laki-laki.
3.5 Status Sosial Ekonomi
Umumnya anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah, cenderung lebih kecil dari pada anak yang berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi rendah.
3.6 Kesehatan
Kesehatan amat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik remaja. Remaja yang berbadan sehat dan jarang sakit, biasanya memiliki tubuh yang lebih tinggi dan berat atau besar dibanding yang sering sakit.
3.7 Kecerdasan
Pada umumnya, anak yang kecerdasannya lebih tinggi atau berprestasi di sekolah biasanya lebih gemuk dan berat daripada anak yang kecerdasannya rendah.

3.8 Pengaruh Bentuk Tubuh
Perubahan psikologis muncul antara lain disebabkan oleh perubahan-perubahan fisik. Diantara perubahan fisik yang sangat berpengaruh adalah; pertumbuhan tubuh (badan makin panjang dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada perempuan dan "mimpi pertama" pada anak laki-laki ), dan tanda-tanda kelamin kedua yang tumbuh.
d.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik
Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik individu, yaitu:
1. Faktor Internal
a.    Sifat Jasmaniah yang diwariskan dari orang tuanya
Anak cendrung dapat lebih tinggi atau panjang dari anak lainnya jika ayah dan ibunya atau kakeknya bertubuh tinggi dan panjang, begitupun sebaliknya.
b.    Kematangan
Pertumbuhan fisik seolah-olah seperti sudah direncanakan oleh faktor kematangan. Meskipun anak itu diberi makanan yang bergizi, tetapi kalau saat kematangan belum sampai, pertumbuhan itu tetap seperti tertangguhkan.
2. Faktor Eksternal
a.    Kesehatan
Anak yang sering sakit-sakitan pertumbuhan fisiknya akan terhambat, sebaliknya anak yang sehat akan lebih bagus pertumbuhannya.
b.    Makanan
Anak yang kurang gizi pertumbuhannya akan terhambat, sebaliknya yang cukup gizi pertumbuhannya akan lancar.



c.    Stimulasi lingkungan
Individu yang tubuhnya sering dilatih untuk meningkatkan percepatan pertumbuhannya akan berbeda dengan yang tidak pernah mendapat latihan.
Adapun sebenarnya mengenai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik ini sudah dijelaskan di muka, pada bagian kondisi remaja yang mempengaruhi pertumbuhan fisik tersebut.
e.       Perbedaan Individual Dalam Pertumbuhan Fisik     
Secara umum, terjadi pertumbuhan dan perkembangan fisik yang sangat pesat dalam masa remaja awal ( 12/13 – 17/18 tahun ). Menurut Dr. Zakiah Daradjat, bahwa diantara hal yang kurang menyenangkan remaja, adalah adanya beberapa bagian tubuh yang cepat pertumbuhannya, sehingga mendahului bagian yang lain seperti kaki, tangan dan hidung yang mengakibatkan cemasnya remaja melihat wajah dan tubuhnya yang kurang bagus. Hal lain yang dikhawatirkan adalah bentuk badan yang terlalu gemuk, kurus, pendek, tinggi (jangkung). Wajah yang kurang tampan atau cantik, ada jerawatnya dan sebagainya.
Faktor-faktor internal dan eksternal yang semuanya ikut mempengaruhi pertumbuhan individu mudah dimengerti bahwa pertumbuhan fisik itu akan sangat bervariasi. Perbedaan faktor keturunan, kondisi kesehatan, gizi makanan, dan stimulasi lingkungan menyebabkan perbedaan pertumbuhan fisik individu. Anak yang selalu sehat dengan makanan yang mengandung gizi akan menunjukkan pertumbuhan fisik yang lebih cepat daripada anak yang sering sakit-sakitan.
Pertumbuhan fisik juga menunjukkan perbedaan yang mencolok antara remaja putri dan remaja putra. Pada umumnya, remaja putri lebih cepat pertumbuhan fisiknya daripada remaja putra. Namun demikian, pada suatu periode tertentu anak laki-laki menyusul dengan kecepatan melebihi anak perempuan. Ini tidak berarti bahwa semua anak laki-laki pasti lebih tinggi dan besar dari anak perempuan. Sebab, ada juga anak perempuan yang tinggi besar, dan ada juga anak laki-laki yang pendek dan kecil.
f.       Upaya Membantu Pertumbuhan Fisik dan Implikasinya Bagi Pendidikan
Dalam batas-batas tertentu, proses pembelajaran dapat diselenggarakan sedemikian rupa sehingga dapat membantu percepatan pertumbuhan fisik subjek didik. Dalam proses pembelajaran itu dapat diupayakan berbagai stimulus secara sistematis, antara lain:
1.      Menjaga kesehatan badan.
Hidup sehat, bersih, dan olah raga secara teratur akan dapat membantu menjaga kesehatan pertumbuhan tubuh. Namun, bila ternyata masih juga terkena penyakit, haruslah segara diupayakan agar lekas sembuh. Sebab kesehatan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik.
2.      Memberi makanan yang baik.
Makanan yang baik ialah makanan yang banyak mengandung gizi, segar, sehat, dan tidak tercemar oleh kotoran atau penyakit. Baik buruknya makanan akan menentukan pula pertumbuhan anak.
Implikasi hal tersebut bagi pendidikan adalah perlunya memperhatikan faktor berikut:
1.    Menyediakan sarana dan prasarana. Faktor sarana dan prasarana ini jangan sampai menimbulkan gangguan kesehatan pada anak. Misalnya ruangan kelas, tempat duduk dan meja, dan sebagainya.
2. Waktu istirahat. Untuk menghilangkan rasa lelah dan mengumpulkan tenaga baru, istirahat yang cukup sangat diperlukan.
3.    Diadakannya jam olahraga bagi siswa. Pelajaran olah raga sangat penting bagi pertumbuhan fisik anak karena dengan olah raga yang dijadwalkan secara teratur oleh sekolah berarti pertumbuhan fisik anak akan memperoleh stimulasi secara teratur pula.
Permasalahan dalam pertumbuhan fisik sering disebabkan karena perasaan dan pikiran mengenai fisiknya. Remaja banyak perhatian terhadap kelompok, perilaku remaja akan banyak dipengaruhi oleh perilaku kelompok. Pengembangan program kelompok remaja ke arah yang positif oleh sekolah dan para tokoh masyarakat merupakan upaya membantu para remaja dalam perubahan fisik mereka.
Kegiatan bernilai positif seperti olahraga, pramuka, dan seni dapat memupuk pertumbuhan fisik remaja, sedangkan yang bernilai negatif seperti ngebut, begadang, miras, dan semacamnya yang mengganggu kesehatannya. Maka untuk itu, misalnya pembentukan kelompok belajar atas bimbingan guru dan atau orang tua merupakan kegiatan yang membentuk mereka untuk belajar teratur dan bertanggungjawab.
Disamping upaya yang telah dikemukakan di atas, baik guru maupun orang tua perlu membantu remaja agar memahami keadaan fisik dan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya serta masalah berkaitan dengan perubahan tersebut. Penjelasan atau informasi yang diberikan pada remaja dapat meliputi berbagai hal, yaitu berkaitan dengan kesehatan, penataan diri, konsep tentang daya tarik, dan lain-lain.





C.   Perkembangan Intelek
a.      Pengertian Perkembangan Intelek
Intelektual atau kemampuan kognitif merupakan suatu bagian penting untuk melengkapi keberadaan fisik manusia. Intelek oleh Caplin (1981) dikatakan sebagai sebuah proses kognisi, proses berpikir, daya menghubungkan kemampuan menilai, dan kemampuan mempertimbangkan ataupun sebuah kemampuan mental atau intelegensi. Sedangkan Jean Piaget mengatakan bahwa intelektual (Intellect) ialah akal budi berdasarkan aspek-aspek kognitif, khususnya proses-proses berpikir yang lebih tinggi.
Intelligensi diartikan sama dengan “Kecerdasan” , yaitu seluruh kempuan berpikir dan bertindak secara adaptif, termasuk kemampuan-kemampuan mental yang kompleks. Seperti berpikir, mengembangkan, menganalisis, mensentesis, mengevaluasi dan menyelesaikan persoalan-persoalan.
Intelegensi pada masa remaja tidak mudah diukur, karena tidak mudah terlihat perubahan kecepatan perkembangan kemampuan tersebut. Pada umumnya umur tiga sampai empat tahun pertama menunjukkan perkembangan kemampuan yang hebat, selanjutnya akan terjadi perkembangan yang teratur.
Pada masa remaja kemampuan untuk mengatasi masalah yang majemuk bertambah. Pada awal masa remaja, kira-kira pada umur 12 tahun, anak berada pada masa yang disebut masa operasi formal (berpikir abstrak). Pada masa ini remaja telah berpikir dengan mempertimbangkan hal yang “mungkin“ di samping hal yang “nyata” (Gleitman, 1986). Berpikir operasional-formal memiliki dua sifat yang penting, yaitu:
1.      Sifat deduktif – hipotesis
Dalam menyelesaikan suatu masalah, seorang remaja akan mengawalinya dengan berpikir teoritik. Ia menganalisis masalah dan mengajukan cara penyelesaian hipotesis. Pada dasarnya pengajuan hipotesis itu menggunakan cara berpikir induktif di samping deduktif. Oleh sebab itu, sifat berpikir ini sebenarnya mencakup deduktif – induktif – hipotesi
2.      Berpikir operasional juga berpikir kombinatoris
Sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan dengan cara bagaimana melakukan analisis. Anak berpikir operasional formal terlebih dahulu secara teoritik membuat matrik mengenai macam-macam kombinasi yang mungkin, kemudian secara sistematik mencoba mengisi sel matriks tersebut secara empirik.
b.      Tahap Perkembangan Intelek/Kognitif
Auguste Comte (1798-1857) dalam bukunya "Cours De Philosophie Positive" menyebutkan bahwa ada tiga tahapan dalam perkembangan intelektual yang masing-masing merupakan tahapan dari perkembangan sebelumnya, antara lain:
1. Tahap teologis adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada di atas manusia.
2. Tahap metafisis pada tahap ini manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Oleh karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam.
3. Tahap positif adalah tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah. Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan iteraksi-interaksi mereka.
Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru di lahirkan sampai mengijak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif. Empat tingkat perkembangan kognitif itu adalah:
1.      Tahap sensorimotor: dari lahir hingga 2 tahun (anak mengalami dunianya melalui gerak dan inderanya serta mempelajari permanensi obyek)
2.      Tahap pra-operasional: dari 2 hingga 7 tahun (mulai memiliki kecakapan motorik)
3.      Tahap operasional konkret: dari 7 hingga 11 tahun (anak mulai berpikir secara logis tentang kejadian-kejadian konkret).
4.      Tahap operasional formal: setelah usia 11 tahun (perkembangan penalaran abstrak).
Terdapat berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual. Dalam hubungannya dengan perkembangan intelegensi atau kemampuan berpikir remaja, ada yang berpandangan bahwa adalah suatu kekeliruan jika IQ dianggap bisa ditingkatkan, yang walaupun perkembangan IQ dipengaruhi antara lain oleh faktor-faktor lingkungan.
Menurut Mappiare (1982), hal-hal yang mempengaruhi perkembangan intelek, antara lain bertambahnya informasi yang disimpan dalam otak seseorang sehingga mampu berpikir reflekstif, banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah, dan adanya perbedaan berpikir yang menimbulkan keberanian seseorang dalam menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal, serta menunjang keberanian anak memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang baru dan benar.
Mengenai konstan tidaknya intelegensi dalam waktu akhir-akhir ini masih merupakan diskusi yang terbuka. Dari hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa intelegensi itu sama sekali tidak sekonstan yang diduga sebelumnya. Penelitian longitudinal selama 40 tahun dalam Institut Fels menurut McCall, dkk (1973) menunjukkan adanya pertambahan rata-rata IQ sebanyak 28 butir amtara usia 5 dan 17 tahun yang berarti kira-kira sama dengan usia pendidikan di sekolah atau dipekerjaan.
Selanjutnya ditemukan bahwa perubahan-perubahan intra-individual dalam nilai IQ lebih merupakan hal yang umum (biasa) daripada pengecualian.
1. Peranan pengalaman dari sekolah terhadap intelegensi
Penelitian yang dilakukan oleh Wellman (1945) berdasarkan 50 kasus studi, rata-rata tingkat IQ asal mereka adalah di atas 110. Mereka yang mengalami prasekolah sebelum sekolah dasar, menunjukkan perbedaan kemajuan atau grained dalam rata-rata IQ-nya lebih besar daripada mereka yang tidak mengalami prasekolah.
2. Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan intelegensi
Pengaruh belajar dalam arti lingkungan terhadap perkembangan intelegensi cukup besar seperti telah dibuktikan berbagai korelasi IQ yang juga menggambarkan bagaimana peranan belajar terhadap perkembangan intelegensi.
c.       Hubungan Intelek dengan Tingkah Laku
Kemampuan berpikir abstrak menunjukkan perhatian seseorang pada kejadian dan peristiwa yang tidak konkrit, seperti pilihan pekerjaan, corak hidup bermasyarakat, pilihan pasangan hidup yang sebenarnya masih jauh di depannya, dan lain-lain. Bagi remaja, corak perilaku pribadinya di hari depan dan corak tingkah lakunya sekarang akan berbeda.
Kemampuan abstraksi akan berperan dalam perkembangan kepribadiannya. Mereka dapat memikirkan perihal itu sendiri. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengalah ke penilaian tentang dirinya tidak selalu diketahui orang lain, bahkan sering terlihat usaha seseorang untuk menyembunyikan atau merahasiakannya.
Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dan teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang tua. Setiap pendapat orang tua dibandingkan dengan teori yang diikuti atau diharapkan. Sikap kritis ini juga ditunjukkan dalam hal-hal yang sudah umum baginya pada masa sebelumnya, sehingga tata cara, adat istiadat yang berlaku di lingkungan keluarga sering terjadi adanya pertentangan dengan sikap kritis yang tampak pada perilakunya.
Egosentrisme menyebabkan kekakuan para remaja dalam berpikir dan bertingkah laku. Persoalan yang timbul pada masa remaja adalah banyak berhubungan dengan pertumbuhan fisik yang dirasakan mencekam dirinya, karena menyangka orang lain berpikiran sama dan ikut tidak puas dengan penampilannya. Hal ini menimbulkan perasaan seolah-olah selalu diamati orang lain, perasaan malu dan membatasi gerak-geriknya. Akibat dari hal ini akan terlihat pada tingkah laku yang kaku.
Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka egosentrisme makin berkurang. Pada akhir masa remaja, pengaruh egosentrisme sudah sedemikian kecilnya, sehingga remaja sudah dapat berpikir abstrak dengan mengikutsertakan pendapat dan pandangan orang lain.







D.   Penutup
Pertumbuhan fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Perubahan fisik remaja tersebut bukan saja menyangkut bertambahnya ukuran tubuh dan berubahnya proporsi tubuh, melainkan juga meliputi perubahan ciri-ciri yang terdapat pada kelamin utama dan kedua. Baik laki-laki maupun perempuan, perubahan fisik mengikuti urutan-urutan tertentu.
Kondisi yang mempengaruhi perkembangan remaja adalah; pengaruh keluarga, pengaruh gizi, gangguan emosional, jenis kelamin, status sosial ekonomi, kesehatan, dan pengaruh bentuk tubuh. Disamping itu pengaruh lingkungan juga mempengaruhi perkembangan fisik remaja. Seberapa jauh perubahan pada masa remaja akan mempengaruhi perilaku sebagaian besar tergantung pada kemampuan dan kemauan anak remaja untuk mengungkapkan keprihatinan dan kecemasannya kepada orang lain sehingga dengan begitu ia dapat memperoleh pandangan baru dan yang lebih baik.
Perubahan pada masa remaja sering mempengaruhi sikap dan perilakunya. Hurlock (1992) mengemukakan perubahan yang terjadi, yaitu: ingin menyendiri, bosan, inkoordinasi, antagonis sosial, emosi yang meninggi, hilangnya kepercayaan diri, dan terlalu sederhana. Sejumlah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik individu, yaitu, faktor internal (sifat jasmaniah yang diwariskan dari orang tuanya dan kematangan) dan faktor eksternal (kesehatan, makanan, dan stimulasi lingkungan).
Faktor-faktor internal dan eksternal yang semuanya ikut mempengaruhi pertumbuhan individu mudah dimengerti bahwa pertumbuhan fisik itu akan sangat bervariasi. Perbedaan faktor keturunan, kondisi kesehatan, gizi makanan, dan stimulasi lingkungan menyebabkan perbedaan pertumbuhan fisik individu.
Implikasinya bagi pendidikan adalah perlunya menyediakan sarana dan prasarana, waktu istirahat, dan diadakannya jam olah raga bagi siswa. Upaya untuk pertumbuhan remaja meliputi; memberi makanan yang baik dan menjaga kesehatan badan. Kegiatan bernilai posotif seperti olah raga, pramuka, dan seni dapat memupuk pertumbuhan fisik remaja, serta pembentukan kelompok belajar. Di samping upaya yang telah dikemukakan, baik guru maupun orang tua perlu membantu remaja agar memahami keadaan fisik dan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya serta masalah berkaitan dengan perubahan tersebut.
Intelektual atau kemampuan kognitif merupakan suatu bagian penting untuk melengkapi keberadaan fisik manusia. Intelegensi pada masa remaja tidak mudah diukur, karena tidak mudah terlihat perubahan kecepatan perkembangan kemampuan tersebut.
Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dan teori-teori yang menyebabkan sikapkritis terhadap situasi dan orang tua. Setiap pendapat orang tua dibandingkan dengan teori yang diikuti atau diharapkan. Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka egosentrisme makin berkurang. Pada akhir masa remaja, pengaruh egosentrisme sudah sedemikian kecilnya, sehingga remaja sudah dapat berpikir abstrak dengan mengikutsertakan pendapat dan pandangan orang lain.
Dalam hubungannya dengan perkembangan intelegensi atau kemampuan berpikir remaja, ada yang berpandangan bahwa adalah suatu kekeliruan jika IQ dianggap bisa ditingkatkan, yang walaupun perkembangan IQ dipengaruhi antara lain oleh faktor-faktor lingkungan. Mereka yang mengalami prasekolah sebelum sekolah dasar, menunjukkan perbedaan kemajuan atau grained dalam rata-rata IQ-nya lebih besar daripada mereka yang tidak mengalami prasekolah.





DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad dan Muhammad Asrori. (2006). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. P.T. Bumi Aksara : Jakarta
Anonym. (2008). Sosiologis. Online (http://www.wikipedia.org, diakses 5 Maret 2013 pukul 19.30 WIB)
Anonym. (2008). Teori Piaget. Online (http://teoripiaget.blogspot.com, diakses 6 Maret 2013 pukul 18.06 WIB)
Asrori, Muhammad. (2009). Psikologi Pembelajaran. C.V. Wacana Prima : Bandung
Daruma, Razak. (2007) Perkembangan Peserta Didik. Dalam Wandi. (2007). Perkembangan Intelektual dan Emosional Anak. Online (http://www.google.com, diakses 5 Maret 2013 pukul 19.37 WIB)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Dikti HEDS-JICA. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Tim Pembina Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik : Jakarta
Sunarto dan Hartono, B. Agung. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Rineka Cipta : Jakarta





Disusun oleh
Arif Dawami (F15112031)
Ayu Novanti (F151120
Dian Debita Saragih (F151120

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news