A. Pendahuluan
Manusia tumbuh dan berkembang melewati berbagai fase
seiring dengan bertambahnya usia. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa dan
menjadi tua. Dalam semua fase tersebut terjadi perubahan pada tiap individu yang
perkembangannya tidak sama.
Seseorang mengalami pertumbuhan fisik dan
perkembangan intelektual sejalan dengan bertambahnya usia serta pengalaman.
Pertumbuhan fisik terjadi sangat cepat pada usia-usia muda, terutama anak-anak
dan remaja. Disini perubahan signifikan terjadi baik itu mempengaruhi fisik
maupun intelektualnya.
Pertumbuhan fisik dipengaruhi oleh banyak faktor
terutama makanan dan lingkungan. Perkembangan intelek juga dipengaruhi banyak
faktor yang berasal dari lingkungan tempat tinggal individu tersebut.
Terjadinya kelainan dalam pertumbuhan fisik tentu
juga mempengaruhi perkembangan intelek seseorang. Ketidakpercayaan diri
seseorang yang memiliki perbedaan fisik atas orang-orang disekitarnya akan
membuat dirinya menjadi tertutup dan sulit mengembangkan kemampuan intelektual
yang dimilikinya. Padahal belum tentu seseorang yang memiliki fisik bagus juga
memiliki kemampuan intelek yang tinggi. Fisik hanyalah penunjang atas
berkembangnya intelektual seseorang. Dengan fisik yang bagus tentu ia dapat
mengapresiasikan kemampuan intelektualnya kedalam berbagai cara.
Perkembangan intelektual sendiri akan mempengaruhi
tingkah laku individu. Seseorang yang cerdas tentu tidak akan melakukan sebuah
tindakan yang membahayakan bagi dirinya ataupun orang lain. Tentu ia dapat
berpikir apa yang baik untuk dilakukan dan apa yang tidak, meskipun hal ini
tidak berlaku sepenuhnya. Orang-orang cerdas banyak yang menggunakan kecerdasan
mereka untuk kepentingan pribadi seperti tidakan korupsi yang merugikan banyak
orang. Kecerdasan intelektual akan kehilangan arah apabila tidak dibarengi
pendidikan moral baik itu di bangku pendidikan maupun di lingkungan keluarga
dan masyarakat.
B. Pertumbuhan Fisik Remaja
Pertumbuhan fisik seseorang turut menjadi aspek dalam
perubahan sikap dan tingkah lakunya. Setiap individu mengalami tingkat
pertumbuhan yang berbeda-beda sehingga menyebabkan perkembangan kepribadian
yang berbeda-beda pula.
a.
Pengertian
Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan fisik remaja merupakan pertumbuhan yang paling
pesat. Remaja tidak hanya tumbuh dari segi ukuran (semakin tinggi atau semakin
besar), tetapi juga mengalami kemajuan secara fungsional, terutama organ
seksual atau “pubertas”. hal ini ditandai dengan datangnya menstruasi pada
perempuan dan mimpi basah pada laki-laki.
Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan fisiologis yang
bersifat progresif dan kontinyu dan berlangsung dalam periode tertentu.
Perubahan ini berkisar hanya pada aspek-aspek fisik individu. Pertumbuhan itu
meliputi perubahan yang bersifat internal maupun eksternal. Pertumbuhan
internal meliputi perubahan ukuran alat pencernaan makanan, bertambahnya ukuran
besar dan berat jantung dan paru-paru, bertambah sempurna sistem kelenjar kelamin,
dan berbagai jaringan tubuh. Adapun perubahan eksternal meliputi bertambahnya
tinggi badan, bertambahnya lingkar tubuh, perbandingan ukuran panjang dan lebar
tubuh, ukuran besarnya organ seks, dan munculnya atau tumbuhnya tanda-tanda
kelamin sekunder.
Sebenarnya tanpa ada tambahan kata “fisik” pun itu tidak
menjadi persoalan, karena istilah “pertumbuhan” saja, sudah bermakna perubahan
pada aspek-aspek fisiologis. Jadi, dapat dikatakan bahwa pertumbuhan fisik
adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala primer dalam
pertumbuhan remaja. Perubahan- perubahan ini meliputi: perubahan ukuran tubuh,
perubahan proporsi tubuh, munculnya ciri-ciri kelamin yang utama (primer) dan
ciri kelamin kedua (sekunder).
b.
Pengaruh
Pertumbuhan Fisik Terhadap Tingkah Laku
Perubahan fisik hampir selalu diiringi dengan perubahan
perilaku dan sikap. Keadaan ini seringkali menjadi sedikit parah karena sikap
orang-orang yang berbeda di sekelilingnya dan sikapnya sendiri dalam menanggapi
perubahan fisik itu. Konsisten dengan konsep dasar bahwa individu merupakan
satu kesatuan psikofisik yang tidak dapat dipisah-pisahkan, maka pertumbuhan
fisik mempunyai pengaruh terhadap tingkah laku.
Dalam masa remaja, perubahan yang terjadi sangat mencolok dan
jelas sehingga dapat mengganggu keseimbangan yang sebelumnya sudah terbentuk.
Perilaku mereka mendadak menjadi sulit diduga dan seringkali agak melawan norma
sosial yang berlaku. Seberapa jauh perubahan pada masa remaja akan mempengaruhi
perilaku sebagaian besar tergantung pada kemampuan dan kemauan anak remaja
untuk mengungkapkan keprihatinan dan kecemasannya kepada orang lain sehingga
dengan begitu ia dapat memperoleh pandangan baru dan yang lebih baik.
Dunbar dalam Hurlock (1992) menjelaskan, reaksi efektif
terhadap perubahan utama ditentukan oleh kemampuan untuk berkomunikasi. Karena
berkomunikasi merupakan cara untuk mengatasi kecemasan yang selalu disertai
tekanan. Perubahan pada masa remaja sering mempengaruhi sikap dan perilakunya. Hurlock
(1992) mengemukakan perubahan yang terjadi, yaitu:
1. Ingin
menyendiri
2. Bosan
3. Inkoordinasi
4. Antagonis
Sosial
5. Emosi
yang meninggi
6. Hilangnya
Kepercayaan Diri
7. Terlalu
sederhana
c.
Karakteristik
Pertumbuhan Fisik Remaja
1.
Karakteristik Pertumbuhan Fisik
Pesatnya pertumbuhan fisik pada masa remaja seringkali
menimbulkan kejutan pada diri remaja. Pakaian yang dimilikinya seringkali
menjadi cepat tidak muat dan harus membeli lagi. Terkadang remaja dikejutkan
dengan perasaan bahwa tangan dan kakinya terlalu panjang sehingga tidak
seimbang dengan besar tubuhnya. Pada remaja putri ada perasaan seolah bahwa
tanpa dibayangkan sebelumnya kini buah dadanya membesar. Oleh karena itu,
seringkali gerak-gerik remaja menjadi canggung dan tidak bebas.
Pada remaja pria, pertumbuhan lekum menyebabkan suara remaja
menjadi parau atau membesar untuk beberapa waktu. Pertumbuhan kelenjar yang
mencapai kematangan mulai berproduksi menghasilkan hormon. Akibatnya, remaja
mulai merasa tertarik kepada lawan jenisnya. Ketertarikannya yang disebabkan
oleh berkembangnya hormon menyebabkan remaja pria mengalami mimpi basah. Pada
remaja putri, perkembangan hormon menyebabkan mereka mulai mengalami menstruasi
yang seringkali pada pertama kali mengalaminya, menimbulkan kegelisahan.
2.
Perubahan Fisik
Datangnya masa remaja, ditandai oleh adanya
perubahan-perubahan fisik. Hurlock (1992) menyatakan bahwa perubahan fisik
tersebut, terutama dalam hal perubahan yang menyangkut ukuran tubuh, perubahan
proposisi tubuh, perkembangan ciri-ciri seks primer, dan perkembangan ciri-ciri
seks sekunder. Pertumbuhan yang terjadi pada fisik remaja dapat terjadi melalui
perubahan-perubahan, baik internal maupun eksternal.
2.1.
Perubahan Internal
Perubahan yang terjadi dalam organ dalam tubuh remaja dan
tidak tampak dari luar. Perubahan ini nantinya sangat mempengaruhi kepribadian
remaja. Perubahan tersebut adalah:
a. Sistem
Pencernaan
Perut
menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk pipa, usus bertambah
panjang dan bertambah besar, otot-otot di perut dan dinding-dinding usus
menjadi lebih tebal dan kuat, hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah
panjang.
b. Sistem
Peredaran Darah
Jantung
tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia tujuh belas atau delapan belas,
beratnya dua belas kali lebih berat pada waktu lahir. Panjang dan tebal dinding
pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat kematangan bilamana jantung sudah
matang.
c. Sistem
Pernapasan
Kapasitas
paru-paru anak perempuan hampir matang pada usia tujuh belas tahun; anak
laki-laki mencapat tingkat kematangan baru beberapa tahun kemudian, satu atau
dua tahun setelah usia anak perempuan.
d. Sistem
Endoktrin
Kegiatan
kelenjar kelamin yang meningkat pada masa remaja menyebabkan ketidakseimbangan
sementara dari seluruh sistem kelamin pada masa awal remaja. Kelenjar-kelenjar
seks berkembang pesat dan berfungsi, meskipun belum mencapai ukuran yang matang
sampai akhir masa remaja atau awal masa dewasa.
e. Jaringan
Tubuh
f. Perkembangan
kerangka berhenti rata-rata pada usia delapan belas tahun. Jaringan selain
tulang, khususnya bagi perkembangan otot, terus berkembang sampai tulang
mencapai ukuran yang matang.
2.2. Perubahan Eksternal
Perubahan dalam tubuh seorang remaja yang mengalami datangnya
masa remaja ini terjadi sangat pesat. Perubahan yang terjadi, dapat dilihat
pada fisik luar anak. Perubahan tersebut ialah:
a. Tinggi
Badan
Rata-rata
anak perempuan mencapai tinggi matang pada usia antara tujuh belas dan delapan
belas tahun, rata-rata anak laki-laki kira-kira setahun setelahnya. Perubahan
tinggi badan remaja dipengaruhi asupan makanan yang diberikan, pada anak yang
diberikan imunisasi pada masa bayi cenderung lebih tinggi dari pada anak yang
tidak mendapatkan imunisasi. Anak yang tidak diberikan imunisasi lebih banyak
menderita sakit sehingga pertumbuhannya terhambat.
b. Berat
Badan
Perubahan
berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan tinggi badan, perubahan
berat badan terjadi akibat penyebaran lemak pada bagian- bagian tubuh yang
hanya mengandung sedikit lemak atau bahkan tidak mengandung lemak.
Ketidakseimbangan perubahan tinggi badan dengan berat badan menimbulkan
ketidakidealan badan anak, jika perubahan tinggi badan lebih cepat dari berat
badan, maka bentuk tubuh anak menjadi jangkung (tinggi kurus), sedangkan jika
perubahan berat badan lebih cepat dari perubahan tinggi badan, maka bentuk
tubuh anak menjadi gemuk gilik/gembrot (gemuk pendek).
c. Proporsi
Tubuh
Berbagai
anggota tubuh lambat laun, mencapai perbandingan tubuh yang baik. Ciri tubuh
yang kurang proposional pada masa remaja tidak sama untuk seluruh tubuh, ada
pula bagian tubuh yang semakin proposional. Ada tiga jenis bangun tubuh yang
menggambarkan keanekaragaman perubahan proposisi tubuh, yaitu endomorfik,
mesomorfik dan ektomorfik. Endomorfik banyak lemak sedikit otot (padded).
Ektomorfik sedikit lemak sedikit otot (slender). Mesomorfik sedikit lemak
banyak otot (muscular).
d. Organ
Seks/Ciri Seks Primer
Baik
laki-laki maupun perempuan organ seks mengalami ukuran matang pada akhir masa
remaja, tetapi fungsinya belum matang sampai beberapa tahun kemudian (dewasa).
e. Ciri-ciri
Seks Sekunder
Ciri-ciri
seks sekunder yang utama, perkembangannya matang pada masa akhir masa remaja.
Ciri sekunder tersebut antara lain ditandai dengan tumbunya kumis dan jakun
pada laki-laki sedangkan pada wanita ditanda dengan membesarnya payudara.
3. Kondisi
– Kondisi yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik Remaja
Pertumbuhan fisik erat hubungannya dengan kondisi remaja.
Kondisi yang baik berdampak baik pada pertumbuhan fisik remaja, demikian pula
sebaliknya. Adapun kondisi-kondisi yang mempengaruhi sebagai berikut :
3.1 Pengaruh Keluarga
Pengaruh keluarga meliputi faktor keturunan maupun faktor
lingkungan. Karena faktor keturunan seorang anak dapat lebih tinggi atau
panjang dari anak lainnya, sehingga ia lebih berat tubuhnya, jika ayah dan
ibunya atau kakeknya tinggi dan panjang. Faktor lingkungan akan membantu
menentukan tercapai tidaknya perwujudan potensi keturunan yang dibawa dari
orang tuanya.
3.2 Pengaruh Gizi
Anak yang mendapatkan gizi cukup biasanya akan lebih tinggi
tubuhnya dan sedikit lebih cepat mencapai taraf dewasa dibadingkan dengan
mereka yang tidak mendapatkan gizi cukup. Lingkungan juga dapat memberikan
pengaruh pada remaja sedemikian rupa sehingga menghambat atau mempercepat
potensi untuk pertumbuhan di masa remaja.
3.3 Gangguan Emosional
Anak yang sering mengalami gangguan emosional akan
menyebabkan terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan dan ini akan membawa
akibat berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan di kelenjar pituitari
(otak). Bila terjadi hal demikian pertumbuhan awal remajanya terhambat dan
tidak tercapai berat tubuh yang seharusnya.
3.4 Jenis Kelamin
Anak laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dari pada
anak perempuan, kecuali pada usia 12 – 15 tahun. Anak perempuan biasanya akan
sedikit lebih tinggi dan lebih berat daripada laki-laki-laki. Hal ini terjadi
karena bentuk tulang dan otot pada anak laki-laki berbeda dengan perempuan.
Anak perempuan lebih cepat kematangannya dari pada laki-laki.
3.5 Status Sosial Ekonomi
Umumnya anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi
rendah, cenderung lebih kecil dari pada anak yang berasal dari keluarga dengan
tingkat ekonomi rendah.
3.6 Kesehatan
Kesehatan amat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik remaja.
Remaja yang berbadan sehat dan jarang sakit, biasanya memiliki tubuh yang lebih
tinggi dan berat atau besar dibanding yang sering sakit.
3.7 Kecerdasan
Pada umumnya, anak yang kecerdasannya lebih tinggi atau
berprestasi di sekolah biasanya lebih gemuk dan berat daripada anak yang
kecerdasannya rendah.
3.8 Pengaruh Bentuk Tubuh
Perubahan psikologis muncul antara lain disebabkan oleh
perubahan-perubahan fisik. Diantara perubahan fisik yang sangat berpengaruh
adalah; pertumbuhan tubuh (badan makin panjang dan tinggi), mulai berfungsinya
alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada perempuan dan "mimpi
pertama" pada anak laki-laki ), dan tanda-tanda kelamin kedua yang tumbuh.
d.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik
Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik
individu, yaitu:
1. Faktor Internal
a. Sifat
Jasmaniah yang diwariskan dari orang tuanya
Anak cendrung dapat lebih tinggi atau panjang dari anak lainnya jika ayah
dan ibunya atau kakeknya bertubuh tinggi dan panjang, begitupun sebaliknya.
b. Kematangan
Pertumbuhan fisik seolah-olah seperti sudah direncanakan oleh faktor
kematangan. Meskipun anak itu diberi makanan yang bergizi, tetapi kalau saat
kematangan belum sampai, pertumbuhan itu tetap seperti tertangguhkan.
2. Faktor Eksternal
a. Kesehatan
Anak yang sering sakit-sakitan pertumbuhan fisiknya
akan terhambat, sebaliknya anak yang sehat akan lebih bagus pertumbuhannya.
b. Makanan
Anak yang kurang gizi pertumbuhannya akan terhambat, sebaliknya yang
cukup gizi pertumbuhannya akan lancar.
c. Stimulasi
lingkungan
Individu yang tubuhnya sering dilatih untuk meningkatkan
percepatan pertumbuhannya akan berbeda dengan yang tidak pernah mendapat
latihan.
Adapun sebenarnya mengenai faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan fisik ini sudah dijelaskan di muka, pada bagian kondisi remaja yang
mempengaruhi pertumbuhan fisik tersebut.
e.
Perbedaan
Individual Dalam Pertumbuhan Fisik
Secara umum, terjadi pertumbuhan dan perkembangan fisik yang
sangat pesat dalam masa remaja awal ( 12/13 – 17/18 tahun ). Menurut Dr. Zakiah
Daradjat, bahwa diantara hal yang kurang menyenangkan remaja, adalah adanya
beberapa bagian tubuh yang cepat pertumbuhannya, sehingga mendahului bagian
yang lain seperti kaki, tangan dan hidung yang mengakibatkan cemasnya remaja
melihat wajah dan tubuhnya yang kurang bagus. Hal lain yang dikhawatirkan
adalah bentuk badan yang terlalu gemuk, kurus, pendek, tinggi (jangkung). Wajah
yang kurang tampan atau cantik, ada jerawatnya dan sebagainya.
Faktor-faktor internal dan eksternal yang semuanya ikut
mempengaruhi pertumbuhan individu mudah dimengerti bahwa pertumbuhan fisik itu
akan sangat bervariasi. Perbedaan faktor keturunan, kondisi kesehatan, gizi
makanan, dan stimulasi lingkungan menyebabkan perbedaan pertumbuhan fisik
individu. Anak yang selalu sehat dengan makanan yang mengandung gizi akan
menunjukkan pertumbuhan fisik yang lebih cepat daripada anak yang sering sakit-sakitan.
Pertumbuhan fisik juga menunjukkan perbedaan yang mencolok
antara remaja putri dan remaja putra. Pada umumnya, remaja putri lebih cepat
pertumbuhan fisiknya daripada remaja putra. Namun demikian, pada suatu periode
tertentu anak laki-laki menyusul dengan kecepatan melebihi anak perempuan. Ini
tidak berarti bahwa semua anak laki-laki pasti lebih tinggi dan besar dari anak
perempuan. Sebab, ada juga anak perempuan yang tinggi besar, dan ada juga anak
laki-laki yang pendek dan kecil.
f.
Upaya
Membantu Pertumbuhan Fisik dan Implikasinya Bagi Pendidikan
Dalam batas-batas tertentu, proses pembelajaran dapat
diselenggarakan sedemikian rupa sehingga dapat membantu percepatan pertumbuhan
fisik subjek didik. Dalam proses pembelajaran itu dapat diupayakan berbagai
stimulus secara sistematis, antara lain:
1. Menjaga
kesehatan badan.
Hidup sehat, bersih, dan olah raga secara teratur akan dapat membantu
menjaga kesehatan pertumbuhan tubuh. Namun, bila ternyata masih juga terkena
penyakit, haruslah segara diupayakan agar lekas sembuh. Sebab kesehatan sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik.
2.
Memberi makanan yang baik.
Makanan yang baik ialah makanan yang banyak mengandung gizi, segar,
sehat, dan tidak tercemar oleh kotoran atau penyakit. Baik buruknya makanan
akan menentukan pula pertumbuhan anak.
Implikasi hal tersebut bagi pendidikan adalah perlunya
memperhatikan faktor berikut:
1. Menyediakan
sarana dan prasarana. Faktor sarana dan prasarana ini jangan sampai menimbulkan
gangguan kesehatan pada anak. Misalnya ruangan kelas, tempat duduk dan meja,
dan sebagainya.
2. Waktu istirahat. Untuk
menghilangkan rasa lelah dan mengumpulkan tenaga baru, istirahat yang cukup
sangat diperlukan.
3. Diadakannya
jam olahraga bagi siswa. Pelajaran olah raga sangat penting bagi pertumbuhan
fisik anak karena dengan olah raga yang dijadwalkan secara teratur oleh sekolah
berarti pertumbuhan fisik anak akan memperoleh stimulasi secara teratur pula.
Permasalahan dalam pertumbuhan fisik sering disebabkan karena
perasaan dan pikiran mengenai fisiknya. Remaja banyak perhatian terhadap kelompok,
perilaku remaja akan banyak dipengaruhi oleh perilaku kelompok. Pengembangan
program kelompok remaja ke arah yang positif oleh sekolah dan para tokoh
masyarakat merupakan upaya membantu para remaja dalam perubahan fisik mereka.
Kegiatan bernilai positif seperti olahraga, pramuka, dan seni
dapat memupuk pertumbuhan fisik remaja, sedangkan yang bernilai negatif seperti
ngebut, begadang, miras, dan semacamnya yang mengganggu kesehatannya. Maka
untuk itu, misalnya pembentukan kelompok belajar atas bimbingan guru dan atau
orang tua merupakan kegiatan yang membentuk mereka untuk belajar teratur dan
bertanggungjawab.
Disamping upaya yang telah dikemukakan di atas, baik guru
maupun orang tua perlu membantu remaja agar memahami keadaan fisik dan
perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya serta masalah berkaitan dengan
perubahan tersebut. Penjelasan atau informasi yang diberikan pada remaja dapat
meliputi berbagai hal, yaitu berkaitan dengan kesehatan, penataan diri, konsep tentang daya tarik, dan lain-lain.
C. Perkembangan Intelek
a.
Pengertian
Perkembangan Intelek
Intelektual atau kemampuan kognitif merupakan suatu bagian
penting untuk melengkapi keberadaan fisik manusia. Intelek oleh Caplin (1981)
dikatakan sebagai sebuah proses kognisi, proses berpikir, daya menghubungkan
kemampuan menilai, dan kemampuan mempertimbangkan ataupun sebuah kemampuan
mental atau intelegensi. Sedangkan Jean Piaget mengatakan bahwa intelektual (Intellect) ialah akal budi berdasarkan
aspek-aspek kognitif, khususnya proses-proses berpikir yang lebih tinggi.
Intelligensi diartikan sama dengan “Kecerdasan” , yaitu
seluruh kempuan berpikir dan bertindak secara adaptif, termasuk
kemampuan-kemampuan mental yang kompleks. Seperti berpikir, mengembangkan,
menganalisis, mensentesis, mengevaluasi dan menyelesaikan persoalan-persoalan.
Intelegensi pada masa remaja tidak mudah diukur, karena tidak
mudah terlihat perubahan kecepatan perkembangan kemampuan tersebut. Pada
umumnya umur tiga sampai empat tahun pertama menunjukkan perkembangan kemampuan
yang hebat, selanjutnya akan terjadi perkembangan yang teratur.
Pada masa remaja kemampuan untuk mengatasi masalah yang
majemuk bertambah. Pada awal masa remaja, kira-kira pada umur 12 tahun, anak
berada pada masa yang disebut masa operasi formal (berpikir abstrak). Pada masa
ini remaja telah berpikir dengan mempertimbangkan hal yang “mungkin“ di samping
hal yang “nyata” (Gleitman, 1986). Berpikir operasional-formal memiliki dua
sifat yang penting, yaitu:
1.
Sifat deduktif – hipotesis
Dalam
menyelesaikan suatu masalah, seorang remaja akan mengawalinya dengan berpikir
teoritik. Ia menganalisis masalah dan mengajukan cara penyelesaian hipotesis.
Pada dasarnya pengajuan hipotesis itu menggunakan cara berpikir induktif di
samping deduktif. Oleh sebab itu, sifat berpikir ini sebenarnya mencakup
deduktif – induktif – hipotesi
2.
Berpikir operasional juga berpikir
kombinatoris
Sifat
ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan dengan cara
bagaimana melakukan analisis. Anak berpikir operasional formal terlebih dahulu
secara teoritik membuat matrik mengenai macam-macam kombinasi yang mungkin,
kemudian secara sistematik mencoba mengisi sel matriks tersebut secara empirik.
b.
Tahap
Perkembangan Intelek/Kognitif
Auguste Comte (1798-1857) dalam bukunya "Cours De Philosophie
Positive" menyebutkan bahwa ada tiga tahapan dalam perkembangan
intelektual yang masing-masing merupakan tahapan dari perkembangan sebelumnya,
antara lain:
1. Tahap teologis adalah tingkat pemikiran manusia bahwa
semua benda di dunia mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang
berada di atas manusia.
2. Tahap metafisis pada tahap ini manusia menganggap bahwa
didalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada
akhirnya akan dapat diungkapkan. Oleh karena adanya kepercayaan bahwa setiap
cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk
menemukan hukum-hukum alam yang seragam.
3. Tahap positif adalah tahap dimana manusia mulai berpikir
secara ilmiah. Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang
memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif
membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan
iteraksi-interaksi mereka.
Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai
dari bayi yang baru di lahirkan sampai mengijak usia dewasa mengalami empat
tingkat perkembangan kognitif. Empat tingkat perkembangan kognitif itu adalah:
1. Tahap
sensorimotor: dari lahir hingga 2 tahun (anak mengalami dunianya melalui gerak
dan inderanya serta mempelajari permanensi obyek)
2. Tahap
pra-operasional: dari 2 hingga 7 tahun (mulai memiliki kecakapan motorik)
3. Tahap
operasional konkret: dari 7 hingga 11 tahun (anak mulai berpikir secara logis
tentang kejadian-kejadian konkret).
4. Tahap
operasional formal: setelah usia 11 tahun (perkembangan penalaran abstrak).
Terdapat berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan intelektual. Dalam hubungannya dengan perkembangan intelegensi
atau kemampuan berpikir remaja, ada yang berpandangan bahwa adalah suatu
kekeliruan jika IQ dianggap bisa ditingkatkan, yang walaupun perkembangan IQ
dipengaruhi antara lain oleh faktor-faktor lingkungan.
Menurut Mappiare (1982), hal-hal yang mempengaruhi
perkembangan intelek, antara lain bertambahnya informasi yang disimpan dalam
otak seseorang sehingga mampu berpikir reflekstif, banyaknya pengalaman dan
latihan-latihan memecahkan masalah, dan adanya perbedaan berpikir yang
menimbulkan keberanian seseorang dalam menyusun hipotesis-hipotesis yang
radikal, serta menunjang keberanian anak memecahkan masalah dan menarik kesimpulan
yang baru dan benar.
Mengenai konstan tidaknya intelegensi dalam waktu akhir-akhir
ini masih merupakan diskusi yang terbuka. Dari hasil penelitian dapat
dikemukakan bahwa intelegensi itu sama sekali tidak sekonstan yang diduga
sebelumnya. Penelitian longitudinal selama 40 tahun dalam Institut Fels menurut
McCall, dkk (1973) menunjukkan adanya pertambahan rata-rata IQ sebanyak 28
butir amtara usia 5 dan 17 tahun yang berarti kira-kira sama dengan usia
pendidikan di sekolah atau dipekerjaan.
Selanjutnya ditemukan bahwa perubahan-perubahan
intra-individual dalam nilai IQ lebih merupakan hal yang umum (biasa) daripada
pengecualian.
1. Peranan pengalaman dari sekolah terhadap intelegensi
Penelitian yang dilakukan oleh Wellman (1945) berdasarkan 50
kasus studi, rata-rata tingkat IQ asal mereka adalah di atas 110. Mereka yang
mengalami prasekolah sebelum sekolah dasar, menunjukkan perbedaan kemajuan atau
grained dalam rata-rata IQ-nya lebih besar daripada mereka yang tidak mengalami
prasekolah.
2. Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan intelegensi
Pengaruh belajar dalam arti lingkungan terhadap perkembangan
intelegensi cukup besar seperti telah dibuktikan berbagai korelasi IQ yang juga
menggambarkan bagaimana peranan belajar terhadap perkembangan intelegensi.
c.
Hubungan
Intelek dengan Tingkah Laku
Kemampuan berpikir abstrak menunjukkan perhatian seseorang
pada kejadian dan peristiwa yang tidak konkrit, seperti pilihan pekerjaan,
corak hidup bermasyarakat, pilihan pasangan hidup yang sebenarnya masih jauh di
depannya, dan lain-lain. Bagi remaja, corak perilaku pribadinya di hari depan
dan corak tingkah lakunya sekarang akan berbeda.
Kemampuan abstraksi akan berperan dalam perkembangan
kepribadiannya. Mereka dapat memikirkan perihal itu sendiri. Pemikiran itu
terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengalah ke penilaian tentang dirinya
tidak selalu diketahui orang lain, bahkan sering terlihat usaha seseorang untuk
menyembunyikan atau merahasiakannya.
Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dan
teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang tua.
Setiap pendapat orang tua dibandingkan dengan teori yang diikuti atau
diharapkan. Sikap kritis ini juga ditunjukkan dalam hal-hal yang sudah umum
baginya pada masa sebelumnya, sehingga tata cara, adat istiadat yang berlaku di
lingkungan keluarga sering terjadi adanya pertentangan dengan sikap kritis yang
tampak pada perilakunya.
Egosentrisme menyebabkan kekakuan para remaja dalam berpikir
dan bertingkah laku. Persoalan yang timbul pada masa remaja adalah banyak
berhubungan dengan pertumbuhan fisik yang dirasakan mencekam dirinya, karena
menyangka orang lain berpikiran sama dan ikut tidak puas dengan penampilannya.
Hal ini menimbulkan perasaan seolah-olah selalu diamati orang lain, perasaan
malu dan membatasi gerak-geriknya. Akibat dari hal ini akan terlihat pada
tingkah laku yang kaku.
Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta
dalam menghadapi pendapat orang lain, maka egosentrisme makin berkurang. Pada
akhir masa remaja, pengaruh egosentrisme sudah sedemikian kecilnya, sehingga
remaja sudah dapat berpikir abstrak dengan mengikutsertakan pendapat dan
pandangan orang lain.
D. Penutup
Pertumbuhan fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang
terjadi dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Perubahan fisik
remaja tersebut bukan saja menyangkut bertambahnya ukuran tubuh dan berubahnya
proporsi tubuh, melainkan juga meliputi perubahan ciri-ciri yang terdapat pada
kelamin utama dan kedua. Baik laki-laki maupun perempuan, perubahan fisik mengikuti
urutan-urutan tertentu.
Kondisi yang mempengaruhi perkembangan remaja adalah;
pengaruh keluarga, pengaruh gizi, gangguan emosional, jenis kelamin, status
sosial ekonomi, kesehatan, dan pengaruh bentuk tubuh. Disamping itu pengaruh
lingkungan juga mempengaruhi perkembangan fisik remaja. Seberapa jauh perubahan
pada masa remaja akan mempengaruhi perilaku sebagaian besar tergantung pada
kemampuan dan kemauan anak remaja untuk mengungkapkan keprihatinan dan
kecemasannya kepada orang lain sehingga dengan begitu ia dapat memperoleh
pandangan baru dan yang lebih baik.
Perubahan pada masa remaja sering mempengaruhi sikap dan
perilakunya. Hurlock (1992) mengemukakan perubahan yang terjadi, yaitu: ingin
menyendiri, bosan, inkoordinasi, antagonis sosial, emosi yang meninggi,
hilangnya kepercayaan diri, dan terlalu sederhana. Sejumlah faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan fisik individu, yaitu, faktor internal (sifat
jasmaniah yang diwariskan dari orang tuanya dan kematangan) dan faktor
eksternal (kesehatan, makanan, dan stimulasi lingkungan).
Faktor-faktor internal dan eksternal yang semuanya ikut
mempengaruhi pertumbuhan individu mudah dimengerti bahwa pertumbuhan fisik itu
akan sangat bervariasi. Perbedaan faktor keturunan, kondisi kesehatan, gizi
makanan, dan stimulasi lingkungan menyebabkan perbedaan pertumbuhan fisik
individu.
Implikasinya bagi pendidikan adalah perlunya menyediakan
sarana dan prasarana, waktu istirahat, dan diadakannya jam olah raga bagi
siswa. Upaya untuk pertumbuhan remaja meliputi; memberi makanan yang baik dan
menjaga kesehatan badan. Kegiatan bernilai posotif seperti olah raga, pramuka,
dan seni dapat memupuk pertumbuhan fisik remaja, serta pembentukan kelompok
belajar. Di samping upaya yang telah dikemukakan, baik guru maupun orang tua
perlu membantu remaja agar memahami keadaan fisik dan perubahan-perubahan yang
terjadi pada dirinya serta masalah berkaitan dengan perubahan tersebut.
Intelektual atau kemampuan kognitif merupakan suatu bagian
penting untuk melengkapi keberadaan fisik manusia. Intelegensi pada masa remaja
tidak mudah diukur, karena tidak mudah terlihat perubahan kecepatan
perkembangan kemampuan tersebut.
Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dan
teori-teori yang menyebabkan sikapkritis terhadap situasi dan orang tua. Setiap
pendapat orang tua dibandingkan dengan teori yang diikuti atau diharapkan.
Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi
pendapat orang lain, maka egosentrisme makin berkurang. Pada akhir masa remaja,
pengaruh egosentrisme sudah sedemikian kecilnya, sehingga remaja sudah dapat
berpikir abstrak dengan mengikutsertakan pendapat dan pandangan orang lain.
Dalam hubungannya dengan perkembangan intelegensi atau
kemampuan berpikir remaja, ada yang berpandangan bahwa adalah suatu kekeliruan
jika IQ dianggap bisa ditingkatkan, yang walaupun perkembangan IQ dipengaruhi
antara lain oleh faktor-faktor lingkungan. Mereka yang mengalami prasekolah sebelum
sekolah dasar, menunjukkan perbedaan kemajuan atau grained dalam rata-rata
IQ-nya lebih besar daripada mereka yang tidak mengalami prasekolah.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, Mohammad dan Muhammad Asrori. (2006). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik.
P.T. Bumi Aksara : Jakarta
Anonym. (2008). Sosiologis.
Online (http://www.wikipedia.org, diakses 5 Maret 2013 pukul 19.30 WIB)
Anonym. (2008). Teori
Piaget. Online (http://teoripiaget.blogspot.com, diakses 6 Maret 2013 pukul
18.06 WIB)
Asrori, Muhammad. (2009). Psikologi Pembelajaran. C.V. Wacana Prima : Bandung
Daruma, Razak. (2007) Perkembangan Peserta Didik. Dalam Wandi. (2007). Perkembangan Intelektual dan Emosional Anak.
Online (http://www.google.com, diakses 5 Maret 2013 pukul 19.37 WIB)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Dikti
HEDS-JICA. (2007). Perkembangan Peserta
Didik. Tim Pembina Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik : Jakarta
Sunarto dan Hartono, B. Agung. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Rineka Cipta
: Jakarta
Disusun oleh
Arif Dawami (F15112031)
Ayu Novanti (F151120
Dian Debita Saragih
(F151120
0 komentar:
Posting Komentar